“kenapa aku menjadi orang yang kau
hubungi terakhir saat kau kesulitan ?”
“aku hanya tidak ingin kau khawatir
dan aku tidak ingin merepotkanmu”
“tapi kalau kau mendapati penolakan
dari mereka yang kau mintai bantuan sebelumku, bagaimana ?”
“paling tidak aku berusaha terlebih
dulu sebelum aku datang kepadamu”
itu yang aku fikirkan pertama kali
saat suatu masalah datang
“setelah semua penolakan dan sakit
hati itu kau baru berlari kepadaku ?”
“maaf jika menjadikanmu pilihan
terakhir saat aku menemui suatu masalah”
“kenapa ? apa alasannya ?”
“aku akan membagi setiap momen
dalam hidupku kepadamu, senang dan sedih, semuanya.. hanya saja pemberiannya
akan berbeda, saat aku senang kau adalah orang pertama yang akan aku datangi
dan mencurahkan segala kebahagiaanku dengamu, tapi jika kesedihan yang datang
aku akan mendatangimu terakhir berharap aku bisa menyelesaikannya saat aku
berusaha sendiri. Itu seperti kau adalah pintu rumah nomor terakhir dalam
sebuah blok perumahan dan aku mendatangi satu per satu rumah dari depan
kemudian saat aku sampai pada nomor terakhir aku hanya akan tersenyum dan
berkata ‘apa kabar, aku memiliki cerita kau mau mendengarnya ?’, difikiranku
aku memperlakukanmu seperti itu.”
“tapi tidakkah kau memikirkan apa
yang ada difikiranku ?”
Aku menggeleng pelang.
“saat kau berjalan dan menghampiri
pintu-pintu itu satu per satu apa yang kau fikirkan ?, tidak semua dari mereka
berbaik hati membukakan pintu untukmu, tidak semua dari mereka menyuruhmu masuk
dan duduk apalagi membuatkanmu coklat hangat untuk menenangkan hatimu,
mendengar dengan sabar keluh kesahmu. Tidak semua dari mereka memperlakukanmu
seperti itu, kau memilih menghampiriku terakhir berharap saat kau sampai padaku
kau sudah tersenyum dan tanpa aku ketahui sebenarnya kau telah menelan kepahitan
sendirian. Apa menurutmu itu adil untukku ?”
“aku hanya takut membuatmu cemas”
“lalu kau tidak tahu betapa
cemasnya aku saat kau datang dengan semua luka itu ? dengan semua sakit hati
dan bekas air mata di pipi.”
“maafkan aku”
“aku tidak tau apa yang sebenarnya
ada dalam fikiranmu mengenai yang pertama dan terakhir”
“seseorang selalu berfokus kepada
hal pertama yang mereka lakukan apapun itu, namun terkadang mereka luput
mengenai hal terakhir yang ingin mereka lakukan. Banyak dari mereka tersadar
dan menyesal saat kesempatan itu telah lewat”
“lalu aku ? bagimu menjadi yang
pertama atau terakhir ?”
“kau ? bukankah seharusnya kau bisa
menyimpulkannya sendiri ?”
“aku ingin mendengar darimu”
“kau bukan yang pertama dan
sepertinya bukan keinginan terakhirku juga”
“wah... sedikit mengecewakan”
“tapi.. kau adalah cover dari
cerita pertama dan terakhirku, kau melapisi segala aspek dalam kehidupanku”
Tak ada kata yang dia ucap untuk
menanggapi kalimatku, kami hanya saling tersenyum dan menyeruput coklat hangat
kesukaannya. Malam itu langit cukup cerah walapun udara malam sedikit dingin,
badan dan hatiku cukup hangat mungkin karena coklat hangat ini dan kau ?