Minggu, 24 Februari 2019

AKHIR MUSIM PANAS TUJUH TAHUN LALU


Tahun berlalu, cerita yang penuh drama sudah biasa menjadi santapan kita. Sedih, bahagia dan kadang situasi-situasi tidak jelas dan menyesakkan dada sudah mulai terbiasa sekarang. Aku sudah mulai akrab dengan sifat dan sikapmu, aku telah belajar banyak mengenai cara berinteraksi denganmu. Menatap laju waktu yang menentu berlahan memudarkan sebuah ikatan tapi tidak untuk harapan.
Waktu pertama bertemu sadarkah kau jika aku hanya penasaran padamu, dengan dirimu yang begitu pendiam. Aku mendekatimu karena aku hanya ingin tau dan memastikan perasaanku. Namun ternyata kenyataan ini menamparku saat ternyata kau adalah orang yang aku butuhkan sekarang, sosok yang tak berjudul di hidupku tetapi memegang peranan penting disitu. Aku tak ingin memberimu tittle dalam bentuk apapun, memberimu sebuah ikatan yang pada akhirnya hanya akan menyiksa dan menyesakkan dada.
Hubungan kita baik-baik saja tanpa kejelasan seperti ini “hanya kenalan” aku selalu mengatakan itu jika ditanya kau siapa, tapi apa sekarang akan ada yang percaya jika setatusmu sebagai kenalanku sudah berjalan sejauh ini.
Kau sering menjadi tokoh utama dalam cerita yang aku buat seringnya dalam kisah drama tragedi. Entah kenapa aku begitu menyukainya kisah perjalanan sepasang insan yang tidak berakhir bahagia. Aku lebih menyukai kisah yang sad ending, mungkin untuk beberapa orang ini akan terdengar sedikit aneh saat kau membaca cerita untuk melarikan diri dari kehidupan nyata namun malah menemukan cerita yang tak kalah tragisnya.
Aku pernah menulis dan membayangkanmu ada di dalam ceritaku yang memiliki akhir bahagia, namun setelah aku baca lagi kesannya malah menjadi aneh seperti itu bukan kau. Aku ingin menuliskanmu dalam sebuah lebaran yang bahagia entah itu dengan siapa, menuliskanmu dengan segala keindahan dan kelucuan yang kau miliki, humor recehmu yang bisa membuatku tertawa setelah beberapa hari kau melontarkannya. Dengan wajah tanpa dosa itu terkadang kau menanyakan hal yang diluar prediksiku, menyatakan kalimat-kalimat ambigu yang sedikit mengganggu. Tapi itulah dirimu, seseorang yang aku temui tujuh tahun lalu. Seseorang yang sejak pertama kali aku melihatnya aku yakin jika dengannya aku akan menulis banyak cerita.
Pernah beberapa kali kita terpisah entah itu karena keegoisanmu atau milikku. Aku yang keras kepala telah menguras habis sabarmukah ? atau kau yang mendekati sempurna memancing rasa muakku. Kadang aku masih mempertanyakan itu. Tapi sepertinya Tuhan masih menulis kisah kita dalam kertas yang sama, di pertigaan jalan kita berpisah, melangkah dengan keputusan masing-masing, memperjuangkan apa yang kita pilih diawal, tak saling menghubungi karena enggan atau alasan lain yang tak diungkapkan. Dipertigaan lain kita kembali bertemu dengan tak sengaja, kemudian kita melangkah beriringan sanyusuri jalan sambil bercengkrama apa saja yang telah kita temui di jalan yang kita lalui berbeda.
aku lupa bagaimana kita bisa sedekat ini, tapi aku tidak akan pernah lupa cerita bagaimana aku menemukanmu. Akhir musim panas tujuh tahun lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Persimpanga Selanjutnya

Bukankah aku pernah mengatakannya padamu tentang banyak hal yang mengecewakanku ?   bukankah kita telah lama berbagi segala rasa dan ce...