Apa yang kau harapkan dari
kehidupan ini ? apa yang kau fikirkan saat kau pertama kali membuka mata pada
pagi hari ? dan kenapa kau memutuskan untuk hidup ? mengapa kau bisa mengatakan
jika keputusan yang kau ambil adalah keputusan yang paling tepat.
Jika pertanyaan itu ditujukan
untukku maka akan menjadi seperti ini jawaban versiku.
Apa yang aku harapkan dalam
kehidupan ini ?. bagaimana aku menjelaskannya, aku tidak mengharapkan apapun,
tidak menunggu atau ingin menjemput apapun, aku hanya menjalani sesuai skenario
Tuhan saja. Jawabanku terbaca begitu naif dan konyol bagaimana seorang dapat
menjalani hidup yah hanya begitu saja, seperti aku hanya hidup ya karena aku
bernafas dan aku menunggu nafas itu berhenti, semacam itu sepertinya.
Hal pertama yang aku fikirkan
saat aku terbangun pagi hari ?. cukup sulit ya saat kau terbangun dan otakmu
sudah memproses segala hal yang harus kau kerjakan hari ini dan target apa yang
harus kau selesaikan petang nanti, tapi jika aku boleh memilah hal paling
pertama hari ini yang aku fikirkan saat aku terbangun adalah, “kenapa aku masih
bangun”. Yah aneh memang, tapi aku memang sesekali berharap jika tidur malam
yang aku lalui itu adalah kali terakhir aku memejamkan mata, aku ingin menutup
mata dari kejamnya dunia karena saat kau menjadi orang yang berusaha paling
keras maka saat kau kesakitan kau akan merasakan sakit yang berkali-kali lipat
lebih menyakitkan dan menyiksa. Aku tidak ingin merasakannya lagi, aku ingin
menghilangkan segala kesakitan ini, segala luka yang meraka torehkan aku tidak
ingin merasakannya.
Kenapa aku akhirnya memutuskan
untuk hidup ? jawaban kali ini mungkin akan sedikit aneh karena yah ada seorang
yang aku sayang, ditengah beribu orang yang menyakiti dan keadaan yang
membuatku ingin menyerah, ternyata orang-orang yang tidak lebih dari lima itu
menjadikanku masih ingin merasakan hangatnya matahari, mereka menjadikanku
masih ingin mengenal warna-warna baru para bunga yang belum pernah aku lihat,
wangi-wangi yang belum pernah aku nikmati.
Kenapa pada akhirnya aku merasa
jika keputusanku ini paling tepat ?. aku tidak pernah berfikir jika segala yang
aku putuskan itu adalah suatu yang tepat, aku tidak pernah merasa aku selalu
benar dengan semua keputusanku. Aku membenci setiap keputusan dan langkah
kakiku, tetapi aku mencoba untuk menikmati, mencoba untuk menjalani hari dan
menggunakan kesempatan yang langka ini untuk menikmati indahnya dunia dengan
segala petualangannya.
Aku tidak pernah merasa aku
adalah sosok yang terkuat, sosok yang paling hebat dan butuh ribuan sanjuangan
dengan apa yang telah terjadi, namun ingatlah aku seorang yang paling redup
cahayanya, aku adalah seorang yang paling kabur penggambarannya, seorang yang
tak ingin terlihat dalam hingar bingar dunia, seorang yang ingin bersembunyi
dari bisingnya jalan raya.
Aku adalah seorang yang senang
menari dalam gelapnya malam, menyanyi dalam sunyinya hutan, bersenandung dengan
ribuan kunang-kunang, aku yang ingin melepas segala beban, seorang yang
menginginkan sebuah kedamaian. Namun saat aku memutuskan untuk mejalani hari
ini tadi pagi, tahukah kau pada detik itu aku menjadi manusia yang tidak
sempurna, seperti yang lainnya.
Kahlil Gibran pernah
mengungkapkan ada dua orang yang paling sempurna, satu adalah seorang yang
telah usai menjalani kehidupan dan satunya lagi adalah orang yang belum
terlahir didunia. Aku adalah orang yang berada diantara dua fase kehidupan itu,
antara sebelun dilahirkan dan setelah kematian.
Lalu bagaimana kau bisa
mengatakan jika kau adalah orang yang sempurna dan orang yang paling normal,
mengatakannya dengan segala kesombongan itu ? kadang aku tidak mengerti pola
pemikiran mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar